Mitos Tentang “Aku Nggak Bisa Nabung”.
Sebuah tulisan untuk refleksi diri sendiri.
“Aku tuh paling nggak bisa nabung, tahu nggak sih!” Ucap teman saya, ketika kami saling bertukar cerita tentang kekhawatiran masing-masing. Ucapan ini lalu membawa saya kembali mengingat diri sendiri di masa lalu, di masa saya benar-benar tidak bisa menabung. Bukan karena uangnya tidak ada, tetapi karena mindset yang saya punya persis seperti ucapan teman saya yaitu, “Aku tuh, memang nggak bisa nabung!”
Yuk, ikut saya kembali ke masa saat menjadi pelajar dan mahasiswa. Masa-masa dimana saya tidak punya kekhawatiran tentang keuangan sama sekali karena orang tua saya selalu memberi uang jajan bulanan dengan nominal yang cukup; bahkan kadang lebih.
Tak hanya itu, saya juga sempat mendapatkan beasiswa dengan nominal yang lumayan tiap bulannya. Tetapi, saya malah tidak punya tabungan sama sekali di tahun terakhir kuliah.
Uang saya selalu saja habis, dan saya selalu mengeluhkan bahwa uang saya tidak pernah cukup. Sampai akhirnya saya punya mindset, “Aku nih, memang nggak bisa nabung!”
Sedihnya lagi, saya mempertahankan mindset ini hingga tahun pertama saya bekerja.
Saya selalu merasa kurang dengan penghasilan saya saat itu. Rasanya kok uang saya nih nggak pernah cukup untuk membeli k̶e̶i̶n̶g̶i̶n̶a̶n̶ kebutuhan saya. Padahal kalau dipikir-pikir, sebenarnya penghasilan saya kala itu bisa dibilang cukup besar, tapi saya belum mempunyai kemampuan dan literasi yang baik dalam mengelola uang.
Akhirnya, saya berada di titik saya benar-benar tidak mempunyai uang dan tabungan, tetapi saya mempunyai k̶e̶i̶n̶g̶i̶n̶a̶n̶ kebutuhan yang harus saya penuhi. Di masa-masa terjatuh inilah, akhirnya saya sadar ada yang harus saya ubah, terutama tentang bagaimana sikap dalam mengelola uang.
Karena itu, akhirnya saya melakukan evaluasi terhadap keadaan keuangan saya, dengan berusaha menemukan dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan.
Tiga kesalah yang saya lakukan adalah:
1. Saya tidak mampu mengelola uang yang saya punya.
Selama ini, ternyata saya hanya tahu menggunakan uang saja. Saya bahkan tidak peduli berapa uang yang saya hasilkan dan berapa banyak yang saya keluarkan. Yang saya tahu hanyalah, selama masih ada uang di rekening, maka saya bisa menggunakan uang tersebut untuk membeli k̶e̶i̶n̶g̶i̶n̶a̶n̶ kebutuhan saya.
2. Saya tidak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Kala itu, saya merasa bahwa semua yang muncul di kepala saya adalah kebutuhan yang harus saya miliki. Saat saya menscroll e-commerce, saya merasa bahwa semua barang yang saya temui penting, dan harus saya miliki. Saya tidak benar-benar mengulik apakah barang itu akan berguna dan saya gunakan kedepannya. Seringkali saya membeli barang-barang yang akhirnya tidak saya gunakan, tetapi hanya menjadi pajangan sampai berdebu.
3. Saya tidak mempunyai tujuan finansial yang ingin dicapai.
Hal ini yang akhirnya menyebabkan saya menjadi lebih implusif saat menggunakan uang. Karena saya merasa saya harus menggunakan uang yang saya punya untuk membeli dan melakukan hal-hal yang saya suka saat itu. Semacam mindset “YOLO”, You Only Live Once, jadi habiskanlah uang yang kamu punya selagi ada.
Dan kala itu, bagi saya menabung hanyalah sekedar menabung, tanpa menetapkan berapa jumlah tabungan yang harus saya punya, dan untuk apa tabungan ini akan digunakan. Tanpa tujuan yang jelas, saya akhirnya menjadi lebih sering menggunakan uang tabungan ini memenuhi lifestyle atau foya-foya.
Setelah itu, saya memutuskan untuk mulai belajar mengatur keuangan saya. Tidak mudah memang memutuskan untuk melakukan hal ini, tetapi saya tahu bahwa saya harus merubah kebiasaan buruk saya ini.
Saya belajar dengan mulai mencari tahu bagaimana cara sederhana dalam mengelola keuangan. Saya juga mengikuti akun-akun Instagram yang rajin membahas tentang literasi keuangan. Saya membaca berbagai macam artikel, buku, hingga mengikuti kelas dan webinar terkait tentang manajemen keuangan dan investasi.
Hasil dari pembelajaran ini, saya mendapatkan kesimpulan bahwa dalam mengelola keuangan, hal yang terpenting adalah mindset atau cara berpikir dalam memandang dan mengelola uang. Karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap bagaimana saya menyikapi uang yang saya punya.
Jadi, langkah pertama yang saya lakukan adalah, saya merubah mindset saya. Dari yang “Aku tuh memang nggak bisa nabung” menjadi “Mampu dan bisa merasakan kebebasan finansial”. Karena target saya yang utama adalah “Financial Freedom” versi saya sendiri.
Selanjutnya, saya mulai mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan yang ada di dalam sebuah jurnal setiap harinya. Kenapa saya lebih memilih untuk menulis daripada mencatatnya dengan aplikasi? Sebenarnya hal ini adalah preferensi tiap orang, ya. Bagi saya pribadi, saya merasa lebih lega dan lebih mantep jika saya menulis hal tersebut. Dengan menulis berapa banyak uang yang saya keluarkan atau hasilkan, ini memaksa saya untuk kembali mengingat apa yang sudah saya lakukan dalam waktu sehari.
Setelah saya mengetahui berapa jumlah pengeluaran dan pemasukan saya tiap bulannya. Saya melakukan budgetting perbulan untuk setiap kebutuhan yang saya punya. Jadi, saya sudah membuat proyeksi keuangan untuk satu bulan kedepannya.
Tak hanya itu, saya juga mulai menyusun dan memilah antara prioritas dan keinginan. Saya mencoba untuk mengenali apakah barang-barang yang ada di kepala saya itu termasuk prioritas atau hanya sekedar keinginan semata?
Kalau ditanya, bagaimana caranya saya membedakan dua hal ini. Yang saya lakukan adalah saya menunda membeli barang yang saya inginkan ini dalam waktu 2x24 jam. Jika ternyata lepas dari 2x24 jam, saya ternyata masih menginginkan barang tersebut, ini berarti barang tersebut termasuk dalam prioritas dan kebutuhan saya.
Dari langkah-langkah kecil inilah, saya akhirnya dapat membuat keadaan finansial saya menjadi lebih baik. Saya mulai tahu tujuan keuangan yang ingin saya capai. Saya tidak lagi merasa panik dan khawatir karena merasa tidak mempunyai uang yang cukup. Tak hanya itu, saya bahkan bisa menabung dengan nominal yang lebih banyak dari target yang saya punya.
“Pelan-pelan, tapi pasti.” — lupa ini quotesnya siapa.
Ini adalah sebuah quote yang sangat menginspirasi saya, dan selalu saya rapal berulang-ulang seperti mantra. Saya merasa saya tidak perlu terburu-buru dalam merencanakan keuangan saya sendiri, dan mengumpulkan uang. Saat ini, saya lebih memilih untuk mengelola uang saya punya, menjadikannya “cukup” untuk saya memenuhi kebutuhan saya.
Dari hal ini saya belajar, ternyata saya bertumbuh sedikit demi sedikit ke arah yang lebih baik. Dari seorang Neila yang tidak punya tabungan, hingga saat ini sudah mulai bisa menabung. Dari Neila yang tidak mengerti bagaimana caranya memanajemen uang, hingga mampu mengelola uang yang ada menjadi cukup.
Jadi, saya merasa bahwa ucapan, “Aku tuh, memang nggak bisa nabung.” hanyalah sebuah mitos belaka. Nyatanya, kita hanya perlu dorongan untuk mau belajar untuk mengelola uang yang kita punya. Saya sudah membuktikan bahwa ucapan ini hanyalah sebuah mitos belaka yang bisa dipatahkan dengan usaha kita sendiri.
Kalau menurutmu sendiri, bagaimana?